BAB I
PENDAHULUAN
I.
Latar Belakang
Cacar air merupakan infeksi sangat
menular yang disebabkan oleh virus varisela zoster.
Cacar air dijangkiti melalui batuk dan bersin serta sentuhan
langsung dengan cairan dalam lepuh cacar air. Penyakit ini biasanya tidak parah
dan hanya singkat di kalangan anak sehat, adakalanya cacar air akan menjadi
penyakit yang lebih parah, misalnya infeksi bakteri pada kulit yang
mengakibatkan bekas luka, radang paru-paru, atau radang otak. Orang dewasa
yangmenderita infeksi cacar air pada umumnya mengalami gejala yang lebih parah.
Cacar air mungkin menimbulkan risiko terhadap bayi dalam kandungan jika
terjangkit sewaktu hamil. Cacar air dapat menyebabkan penyakit parah, bahkan
maut, pada tiap golongan usia. Waktu inkubasi untuk cacar air adalah 10 sampai
21 hari, diikuti dengan ruam berbintik merah pada mulanya, yang kemudian
menjadi lepuh dalam waktu beberapa jam. Bintik-bintik ini biasanya timbul di
badan, muka dan bagian tubuh yang lain. Banyak orang yang menderita infeksi
cacar air mengalami demam dan merasa kurang sehat dan mungkin merasa gatal
sekali. Siapapun yang belum pernah menderita cacar air dapat terjangkit.
Siapapun yang pernah menderita cacar air dianggap kebal dan tidak
memerlukan vaksin. Sekitar 75% dari masyarakat menderita infeksicacar air
sebelum usia 12 tahun.
June M. Thomson mendefinisikan
varisela sebagai penyakit yang disebabkan oleh virus varisela-zoster (V-Z
virus) yang sangat menular bersifat akut yang umumnya mengenai anak,yang
ditandai oleh demam yang mendadak, malese, dan erupsi kulit berupa makulo papular
untuk beberapa jam yang kemudian berubah menjadi vesikel selama 3-4
hari dan dapat me-ninggalkan keropeng (Thomson, 1986, p. 1483).
Sedangkan menurut Adhi Djuanda
varisela yang mempunyai sinonim cacar air atau chickenpox adalah infeksi akut
primer oleh virus varisela-zoster yang menyerang kulit dan mukosa yang secara
klinis terdapat gejala konstitusi, kelainan kulit polimorfi terutama dibagian sentral
tubuh (Djuanda, 1993).
II.
Rumusan Masalah
Adapun masalah
yang dibahas dalam makalah ini adalah mengenai penyakit cacar pada anak, cara
menangani dan mencegahnya.
III. Tujuan Makalah
Adapun tujuan dari makalah ini
adalah untuk mengetahui tentang penyakit cacar air yang menginfeksi 75%
masyarakat sebelum umur 12 tahun,
mngetahui gejala dan pengobatan dari cacar
air ini sendiri.
IV. Manfaat Makalah
Manfaat makalah ini adalah pembaca
bisa dapat mengerti tentang cacar air dan penanggulangannya serta mampu
membantu mengambil tindakan awal untuk membantu penderita serta masih
banyak lagi yang lainya yang penulis ceritakan di dalam makalah ini.
BAB II
PEMBAHASAN
MIKROBIOLOGI VARICELLA
ZOSTER
1.
Varicella
zoster
Cacar air adalah salah satu penyakit
yang umum ditemui pada anak-anak. 90% kasus cacar air dialami oleh
anak-anak yang berusia kurang dari 10 tahun, dan lebih dari 90% orang telah mengalami
penyakit cacar air pada usia 15 tahun. Penyakit cacar air ini disebabkan oleh
infeksi primer dari virus varicella zoster, namun setelah sembuh, virus ini
tidak benar-benar hilang dari tubuh. Virus ini akan menetap di bagian saraf
tertentu dan nantinya akan me-nyebabkan herpeszoster atau cacar ular. Herpes zoster hanya terjadi sekali seumur hidup dan
pada usia di atas 60 tahun.
1.2.
Morfologi
Pembungkus berasal dari selaput inti
sel yang terinfeksi. Pembungkus ini mengandung DNA,lipid, karbohidrat, dan
protein, dan dapat menghilangkan eter. Berbentuk bulat.Varicella zoster
merupakan kelompok virus herpes, yang berukurang 140-200 ยต, berinti DNA.
1.3.
Klasifikasi
Varicella Zoster
Varicella zoster diklasifikasikan
sebagai berikut:
Family :
Herpesviridae
sub family :
Alphaherpesvirinae
Genus :
Varicellovirus
Species :
Varicella zoster
2.
CACAR AIR PADA
ANAK
Varisela berasal dari bahasa Latin,
varicella. Di Indonesia penyakit ini dikenal dengan istilah cacar air,
sedangkan di luar negeri terkenal dengan nama chicken-pox. Varisela ada-lah penyakit
infeksi menular yang disebabkan oleh
virus Varicella zoster, ditandai oleh erupsi yang khas pada kulit. Pada umumnya
menyerang anak-anak, tapi dapat juga terjadi pada orang dewasa yang belum
pernah terkena sebelumnya. Banyak menyerang anak usia sekolah dasar (antara 5-9
tahun). Penularan memang cukup sering terjadi antar teman sekolah. Bersifat sangat
menular dengan masa penularan antara 1 hari sebelum timbul ruam sampai 7
hari setelah munculnya gejala. Penularan dapat terjadi melalui kontak langsung
dan percikan ludah (droplet infection).
Masa inkubasi (masa sejak terpapar
oleh virus sampai timbulnya gejala pertama) bi-asanya berkisar antara 2-3
minggu. Cacar air dapat dicegah dengan pemberian Zoster Imun Globulin (ZIG),
yang didapat dari serum pasien yang mengalami penyembuhan dari herpes zoster,
atau dengan varicella - zoster imun globulin (VZIG), yang diperoleh dari pool
plasma yang mengandung titer anti bodi spesifik yang tinggi. Bagi orang
sehat, untuk pencegahan bisa dilakukan imunisasi dengan vaksin varisela zoster (Okastrain). Pada anak sehat usia 1 - 12 tahun
di berikan satu kali, satu kali lagi diberikan pada masa pubertas untuk
memantapkan kekebalan menjadi 60 - 80%. Setelah itu, untuk menyempurnakannya,
diberikan sekali saat dewasa. Kekebalan yang didapat ini bisa betahan sampai 10
tahun.
Secara umum, seluruh jenis penyakit
herpes dapat menular melalui kontak langsung. Luka akibat infeksi yang terbuka
akan mudah menularkan virus ke bagian tubuh lain atau keorang lain kalau
terjadi persentuhan. Khusus varisela zoster juga dapat ditularkan melalui
udara, walau daya tularnya tidak sebesar cacar air. Jika seseorang tertular dan
sebelumnya be-lum pernah sakit cacar air, ia akan terkena cacar air dulu
dan tidak langsung herpes zoster. Gejalanya juga tidak sehebat herpes
zoster.
Persoalannya, tidak semua orang tahu
apakah dirinya pernah menderita cacar air atau belum. Chicken pox (cacar
air), terutama pada anak kecil, memang tidak selalu me-nimbulkan ruam di kulit
sehingga terkadang tak disadari. Gejalanya mirip demam biasa yang beberapa hari kemudian
sembuh sendiri. Namun, di saat ia dewasa, virusnya tiba-tiba langsung
menyerang sebagai herpes zoster dengan gejala lebih berat.
Lokasi munculnya gelembung di kulit
sebenarnya mengikuti area persarafan yang selama itu menjadi tempat varisela
zoster mendekam. Maka lokasinya juga
sama dengan lokasi se-rangan ketika cacar air dulu. Serangan bisa terjadi pada
satu atau beberapa area persarafan sekaligus. Inilah yang menyebabkan
serangannya bisa meluas ke beberapa bagian tubuh, termasuk ke bagian
kepala. Namun, kebanyakan hanya menyerang area persarafan di sekitar dada.
Mengingat umumnya muncul di satu
sisi tubuh, ada mitos menyatakan, jika serangan sampai terjadi di dua sisi,
penderita sudah mendekati pintu surga. Jangan takut, ini cuma mitos. Namun
bisa diartikan juga, jika herpes zoster sudah menyerang beberapa area per-sarafan, penyakitnya
memang tergolong parah. Apalagi jika usia penderita masih tergolong muda.
Virus Varicella zoster juga
menginfeksi sel satelit di sekitar neuron pada ganglion akar dorsal sumsum
tulang belakang. Dari sini virus bisa kembali menimbulkan gejala dalam
bentuk herpes zoster. Cepatnya penanganan herpes zoster penting agar tidak
menimbulkan gejala sisa,yang disebut nyeri pascaherpes atau postherpetic
neuralgia.
Penyakit ini merupakan episode
lanjutan dari herpes zoster yang diusahakan jangan sampai terjadi. Sebab,
penderitaannya hebat dan bisa bertahun-tahun. Terjadinya nye-ri pascaherpes
disebabkan lambatnya pengobatan saat
varisela zoster bikin ulah. Akibatnya, virus sempat merusak atau terjadi disfungsi sementara jaringan
saraf di sekitarnya. Jika gejala ini terlanjur terjadi, kulit yang terkena
sentuhan sedikit saja bisa menimbulkan nyeri. Atau, kadang saraf memancarkan
sinyal nyeri terus-menerus. Sekitar 75% penderita nyeri ini men-gaku,rasanya
seperti terbakar.
Faktor usia sangat menentukan
kerentanan serangan nyeri pasca herpes. Semakin tua seseorang saat terkena
herpes zoster, semakin besar
kemungkinannya menderita nyeri. Jumlah mantan penderita herpes zoster yang
berlanjut ke nyeri pascaherpes kira-kira 10 - 15% populasi. Di atas 50 tahun
kemungkinannya menjadi 40%, di atas 60 tahun jadi 50%, dan di atas 80 tahun menjadi
80% dari populasi.
Penderita herpes zoster berusia muda
yang terkena serangan parah, misalnya sampai kemata, semakin besar kemungkinannya terkena nyeri pasca herpes.
Pada serangan yang sampai menuju ke mata ini, biasanya disarankan untuk berobat
juga ke dokter mata, agar kerusakan saraf di sekitarnya dapat dicegah.
Kerusakan saraf yang disebabkan herpes zoster sangat sulit dipulihkan - jika tidak
bisa dibilang tidak akan bisa sembuh. Setiap pasien juga punya pe-ngobatan sendiri
yang berbeda tergantung kecocokannya. Untuk kasus seperti ini, dokter spesialis
kulit tidak bekerja sendirian lagi. Ahli lain juga dilibatkan seperti ahli
saraf, rehabilitasi medik, bahkan psikiatri. Psikiatri dilibatkan, karena
derita nyeri berlebihan bisa mengakibatkan depresi.
Kendati dapat sembuh sendiri, namun
yang sering kali dikhwatirkan adalah kom-plikasinya yang sangat jarang namun
bisa menyertai, diantaranya adalah rdang paru-paru yang biasanya disebabkan
oleh inspeksi sekunder, tapi dapat disembuhkan. Radang otak juga, menjadi
komplikasi akibat penyakit ini, walaupun bisa disembuhkan, namun dapat
meninggalkan gejala sisa seperti kejang, retardasi mental dan gangguan tingkah
laku.
3.
Proses eksositosis oleh virus
3.1.
Gejala
Gejalanya mulai timbul 10-21 hari
setelah terinfeksi. Pada anak-anak yang usia-nya berkisar 10 tahun gejala
pertamanya adalah sakit kepala, demam sedang, dan rasa tidak enak
di badan. Gejala tersebut tidak ditemukan pada anak-anak di bawah usia 10
tahun dan akan menjadi gejala yang berat jika menyerang anak yang lebih dewasa.
24-36 jam pertama setelah timbulnya gejala awal, muncul ruam di badan dan
kemudian tersebar ke wajah, tangan, dan kaki. Selain itu ruam juga akan muncul
di selaput mukosa seperti di bagian dalam mulut atau vagina. Ruam yang awalnya
berbentuk bintik-bintik merah datar
(makula), akan menjadi bintik-bintik menonjol (papula), membentuk lepuhan
berisi cairan (vesikel), yang terasa gatal, dan pada akhirnya mengering. Proses
ini memakan waktu 6-8 jam, selanjutnya akan terbentuk bintik-bintik dan lepuhan
baru.
Pada hari kelima biasanya tidak
terbentuk lepuhan baru, seluruh lepuhan akan mengering pada hari keenam, dan
akan menghilang dalam waktu kurang dari 20 hari Penularan.
Virus varicella zoster menyebar
melalui udara. Orang dengan daya tahan tubuh rendah dapat terserang virus ini.
Penularan dapat muncul sejak 48 jam sebelum ruam pertama muncul hingga 5 hari
setelahnya. Setelah tertular, biasanya dibutuhkan waktu sekiter 10-21 hari geja-la pertama
muncul. Jangka waktu ini dikenal sebagai masa inkubasi.
Cacar air ditularkan melalui udara pernapasan, kontak
langsung dengan cairan ruam, dan kontak dengan cairan yang tekena cairan ruam,
seperti handuk, seprei, atau selimut.
3.2.
Pengobatan
Pengobatan di rumah pada cacar air ditujukan untuk
meringankan gejala, yang dapat dilakukan dengan:
·
Istirahat
secukupnya
·
Mandi
dengan air hangat atau air dingin setiap 3-4 jam pada hari-hari pertama un-tuk mengurangi
rasa gatal
·
Pemberian
calamine lotion untuk mengurangi rasa gatal
·
Dapat
diberikan bedak basah atau bedak kering yang mengandung salisil 2% atau mentol 1-2%
·
Bagi
anak kecil, dianjurkan untuk memakai sarung tangan untuk mencegah mengga-ruk ruam-ruam
·
Makan
makanan yang lembut dan berikan minum air dingin jika terdapat ruam di dalam mulut.
·
Hindari
makanan dan minuman yang terlalu asam, seperti jus jeruk, dan hindari juga garam
·
Kulit
dicuci sebersih mungkin dengan sabun
·
Menjaga
kebersihan tangan
·
Kuku
dipotong pendek
·
Baju
harus kering dan bersih
Sedangkan untuk pengobatan medis dapat dilakukan dengan
menggunakan:
·
Paracetamol
untuk menurunkan demam, atau asetaminofen
·
Antibiotik,
jika ada infeksi bakteri
·
Obat
anti-virus asiklovir, jika kasusnya terlalu berat (diberikan pada anak berusia
lebihdari 2 tahun atau remaja karena pada remaja, penyaakit ini lebih berat)
·
Obat
anti-virus vidarabin
3.3.
Pencegahan
Cacar air dapat dicegah dengan
melakukan vaksinasi. Vaksinasi diberikan pada ke-lompok-kelompok berikut:
·
Anak-anak
dengan usia 12-18 bulan yang belum pernah mengalami cacar air diberikan satu
dosis vaksin
·
Anak-anak
dengan usia 19 bulan hingga 13 tahun yang belum pernah mengalami cacar air
diberikan satu dosis vaksin
·
Orang
dewasa yang belum pernah mengalami cacar air dan bekerja atau tinggal
dilingkungan yang sangat mudah terjangkit cacar air
·
Wanita
reproduktif yang belum pernah mengalami cacar air dan tidak dalam kondisi sedang
hamil
·
Orang
dewasa dan remaja yang belum pernah mengalami cacar air dan tinggal dengan anak-anak
·
Orang
yang hendak bepergian ke luar negeri dan belum pernah mengalami cacar air
Voricella Zoster Immunoglobulin (VZIG) adalah zat kekebalan
terhadap virus penyebab cacar air. VZIG hanya diberikan pada
kelompok-kelompok tertentu:
·
Orang
dengan sistem kekebalan rendah
·
Wanita
hamil yang terpapar kasus cacar air dan belum pernah terkena cacar
air sebe-lumnya
·
Bayi
dibawah usia 28 hari yang lahir dari usia kehamilan kurang dari 28 minggu
atau berat lahirnya kurang dari 1000 gram
·
Bayi
dibawah usia 28 hari yang ibunya terpapar kasus cacar air atau yang mengalami cacar
air antara 7 hari sebelum persalinan hingga 7 hari setelah persalinan
3.4.
Epidemiologi
Tersebar kosmopolit, menyerang
terutama anak-anak tetapi dapat juga
menyerang orang dewasa. Transmisi penyakit ini secara aerogen. Masa penularan
lebih kurang 7 hari dihitung dari timbulnya gejala kulit.
3.5.
Etiologi
Penyebab dari varisela adalah virus
varisela-zoster. Penamaan virus ini mem-beri pengertian bahwa infeksi
primer virus ini menyebabkan timbulnya penyakit varisela, sedangkan reaktivasi
(keadaan kambuh setelah sembuh dari varisela) menyebabkan herves zoster.
3.6.
Manifestasi
Klinis
Masa inkubasi penyakit ini
berlangsung 14-21 hari. Gejala klinis mulai dari geja-la prodromal, yakni
demam yang tidak terlalu tinggi, malese dan nyeri kepala, kemudian disusul timbulnya
erupsi kulit berupa papul eritematosa yang dalam waktu beberapa jam berubah menjadi
vesikel. Bentuk vesikel khas berupa tetesan embun (tear drops). Vesikel akan
berubah menjadi pustul dan kemudian menjadi krusta. Sementara proses ini
berlangsung timbul lagi vesikel-vesikel yang baru sehingga menimbulkan gambaran
polimorfi.
Penyebarannya terutama didaerah
badan dan kemudian menyebar secara sentrifugal kemuka dan ekstremitas, serta
dapat menyerang selaput lendir mata, mulut dan saluran na-fas bagian atas.
Jika terdapat infeksi sekunder terjadi pembesaran kelenjar getah bening
regional (lymphadenopathy regional). Penyakit ini biasanya disertai rasa gatal.
3.7. Komplikasi
Komplikasi pada anak-anak umumnya
jarang timbul dan lebih sering pada orang dewasa, berupa ensepalitis,
pneumonia, glumerulonephritis, karditis, hepatitis, keratitis, konjunc-tivitis,otitis,
arteritis dan beberapa macam purpura.
Infeksi yang timbul pada trimester pertama
kehamilan dapat menimbulkan kelainan konginetal, sedangkan infeksi yang terjadi
beberapa hari menjelang kelahiran dapat me-nyebabkan varisela konginetal pada
neonatus.
3.8.
Diagnosis
Bantuan
Dapat dilakukan percobaan Tzanck dengan cara membuat sediaan
hapus yang diwarnai dengan Giemsa. Bahan diambil dari kerokan dasar vesikel dan
akan didapati sel datia ber-inti banyak (multinukleated).
3.9.
Diagnosis
Banding
Harus
dibedakan dengan variola, penyakit ini lebih berat, memberi gambaran monomorf, dan
penyebarannya dimulai dari bagian akral tubuh yakni telapak tangan dan telapak
kaki.
3.10. Penatalaksanaan
Pengobatan bersifat simtomatik
dengan antipiretik dan analgesik, untuk menghilangkan rasa gatal dapat
diberikan sedativ. Secara lokal diberikan bedak yang ditambah dengan zat
antigatal (antipruritus) seperti menthol, kamfor dll, untuk mencegah pecahnya
vesikel secara dini serta menghilangkan rasa gatal. Jika timbul infeksi
sekunder dapat diberikan antibiotika berupa salep dan oral. Dapat pula
diberikan obat-obat anti virus seperti asiklovir dengan dosisi 5 x 400 mg
sehari selama 7 hari dengan hasil yang cukup baik. Selain itu dapat pula
diberikan imunotimulator seperti isoprinosin. Satu tablet 500 mg. Dosisnya 50
mg/kg berat badan sehari, Dengan dosisi maksimum 3000 mg sehari. Umumnya dosis
untuk orang dewasa 6 x 1 tablet atau 4 x 1 tablet sehari. Lama pengobatan
sampai penyakit membaik. Obat ini diberikan jika la-ma penyakitnya telah
lebih 3 hari.
3.11.
Prognosis
Dengan perawatan yang teliti dan
senantiasa memperhatikan kebersihan (hygiene) diri dan lingkungan memberikan
prognosis yang baik dan kemungkinan terbentuknya jaringan parut hanya sedikit,
kecuali jika klien melakukan garukan/tindakan lain yang menyebabkan kerusakan kulit lebih dalam.
3.12. Pengkajian
·
Gejala
subyektif berupa keluhan nyeri kepala, anorexia dan malese.
·
Pada
kulit dan membran mukosa :
Lesi dalam berbagai tahap
perkembangannya : mulai dari makula eritematosa yang muncul selama 4-5 hari
kemudian berkembang dengan cepat menjadi vesikel dan krusta yang di-mulai pada
badan dan menyebar secara sentrifubal kemuka dan ekstremitas. Lesi dapat pula
terjadi pada mukosa, palatum dan konjunctiva.
·
Suhu
: dapat terjadi demam antara 38°-39°C
3.13.
Diagnosa dan
Intervensi Keperawatan
Aktual atau potensial gangguan integritas kulit
·
Anjurkan
mandi secara teratur
·
Hindari
menggaruk lesi
·
Gunakan
pakaian yang halus/lembut
3.13.1.
Gangguan rasa
nyaman : nyeri
·
Gunakan
analgetik dan bedak antipruritus.
·
Pertahankan
suhu ruangan tetap sejuk dengan kelembaban yang adekuat.
3.13.2.
Potensial
penularan infeksi
Lakukan isolasi (strict isolation) :
Prosedur strict isolation :
a. Ruangan tersendiri, pintu harus
selalu tertutup. Klien yang terinfeksi karena organisme yang sama dapat
ditempatkan dalam ruangan yang sama.
b. Gunakan masker, pakaian khusus,
dan sarung tangan bagi semua orang yang masuk kedalam ruangan.
c. Selalu cuci tangan setelah
menyentuh klien atau benda-benda yang kemungkinan ter-kontaminasi serta sebelum
memberikan tindakan kepada klien lain.
d. Semua benda-benda yang
terkontaminasi dibuang atau dimasukan kedalam tempat khusus dan diberi label
sebelum dilakukan dekontaminasi atau diproses ulang kembal
3.13.3.
Saran untuk
mencegah supaya tidak terkena cacar air
a.
Jangan bersentuhan secara langsung dengan anak yang
terkena cacar air.
b.
Hindari berdekatan atau bersentuhan secara langsung
dengan anak yang terkena cacar air.
c.
Lakukan tindakan isolasi pada anak yang terkena penyakit
cacar air.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Cacar air (Varisela) adalah penyakit
infeksi menular yang disebabkan oleh virusVarisella zoster, ditandai oleh
erupsi yang khas pada kulit, dapat dicegah dengan pemberian Zoster Imun
Globulin (ZIG) atau dengan Varisella-Zoster Globulin (VIZIG). Pemberian vaksin ini
dapat dilakukan dengan tiga tahap, untuk hasil kekebalan yang sempurna.
DAFTAR PUSTAKA
1. Adhi Djuanda (1993). Ilmu
Penyakit Kulit Dan Kelamin, Edisi Kedua, FK Universitas Indonesia, Jakarta,
1993.
2. June M. Thomson, et. al. ( 1986 ).
Clinical Nursing Practice, The C.V. Mosby Company, Toronto.
3. Lorden.blospot.com
4. Carpenito.1997.
Penerapam Pada Praktek Klinis. Salemba . Jakarta
5. http://iyan1603.blogspot.com/2008/12/cacar-air-pada-anak-anak.html